Peran serta kaum wanita sebagai mitra perjuangan di dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, baik di bidang pertahanan dan keamanan maupun pendidikan, sejak dahulu tidak dapat diabaikan begitu saja. Perjuangan Wanita Indonesia serta sepak-terjangnya telah lahir dengan sendirinya, seiring dengan bangkitnya perjuangan seluruh rakyat Indonesia melawan penjajahan pada masa perang kemerdekaan. Bahkan kiprah dan perjuangan kaum wanita Indonesia telah dimulai sejak zaman bangkitnya kekuatan dari setiap daerah di seluruh wilayah negeri Indonesia untuk melawan dan mengusir penjajahan bangsa asing.
Bukti konkritnya, adalah adanya pahlawan wanita Cut Nyak Dien dan Cut Meutiah dari Aceh; Martha Christina Tiahahu dari daerah Maluku dan bangkitnya kesadaran akan kesetaraan didalam menimba ilmu dan pendidikan oleh RA. Kartini dari Jawa Tengah, yang terkenal dengan korespondensi suratnya akan kerinduan untuk memajukan kaumnya.
Seiring keberadaan dan peran wanita yang semakin maju, dengan didorong oleh semangat juang untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, didasari kesadaran dan cita-cita RA. Kartini didalam mewujudkan cita-cita kaumnya mencapai persamaan hak sederajat dengan pria. Maka kaum wanita tidak tinggal diam untuk ikut serta berjuang mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Dan tidak hanya sampai disitu saja, namun berjuang pula untuk mempertahankannya. Perjuangan dilakukan dengan berbagai macam peran. Ada yang berani angkat senjata, ada yang memasok logistik, ada yang menolong para korban perang sampai dengan menjadi informan atau mata-mata. Mereka bertugas di bidang kesehatan, administrasi, penerangan, dan dapur-umum. Sedangkan dewasa ini, peran yang dimainkan oleh kaum perempuan dalam mengisi kemerdekaan semakin lebar jangkauannya, semakin luas dan semakin variatif lingkup pengabdiannya.
Sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Amandemen), Pasal 30 ayat (1) menyebutkan secara jelas bahwa ‘Tiap-tiap warga-negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara’, serta ayat (2) menyatakan bahwa ‘Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.’
Wanita TNI sebagai bagian yang integral dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) turut pula memantapkan kiprahnya sebagai prajurit profesional yang dibangun secara ril dengan mengedepankan aspek kemahiran teknik kemiliteran yang ditopang oleh aspek moral, etika, disiplin, serta kesejahteraan, dengan tetap berada pada jati-dirinya sebagai prajurit Sapta-Marga.
Wanita TNI memiliki kesamaan visi dan misi dengan satu tujuan pasti yakni mewujudkan “Postur TNI yang solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan kebangsaan, mencintai dan dicintai rakyat”, sehingga mampu mengemban tugas sebagai komponen utama pertahanan negara; dalam rangka pelaksanaan tugas pengabdian kepada bangsa, serta mempunyai tanggung-jawab moral di dalam organisasi TNI.
Setiap wanita TNI senantiasa menyadari perannya sebagai prajurit TNI disatu sisi dan menyadari kodratnya sebagai wanita, pada sisi yang lain. Dan secara sadar pula; Wanita TNI siap menerima setiap rintangan apapun yang akan dihadapi baik dalam kehidupan pribadi maupun pada saat berbaur dengan komunitas umum di dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh TNI.
Demikian pula, pada kenyataannya Pimpinan TNI senantiasa memberikan kesempatan yang terbuka lebar bagi Wanita TNI untuk menapak karirnya di lingkup sosial yang pada umumnya didominasi oleh kaum pria ini. Hal tersebut dibuktikan dengan keikutsertaan Wanita TNI dalam penugasan misi perdamaian PBB di Selatan Lebanon. Bergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 yakni dalam misi perdamaian UNIFIL (United Nations Interim Forces In Lebanon) berdampingan dengan negara-negara kontingen lain yakni Bangladesh, Belgium, Brunei, China, Croatia, Cyprus, Denmark, El-Salvador, France, FYROM, Germany, Ghana, Greece, Guatemala, Hungary, India, Ireland, Italy, Korea, Luxembourg, Malaysia, Nepal, Nigeria, Portugal, Qatar, Sierra Leone, Slovenia, Spain, Tanzania dan Turkey.
Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 berkekuatan 1326 personil militer. Dan berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/ 2438/ XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian UNIFIL di Lebanon, ada Wanita TNI diantara 1326 personil militer pria, dengan komposisi satu (1) Perwira WARA (Wanita Angkatan Udara) tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt) di UN Position 7-1 desa Adshit Al-Qusayr dan satu (1) Bintara KOWAL (Korps Wanita TNI Angkatan Laut) yang bertugas selaku Sector East Military Staff di markas besar Sektor Timur UNIFIL UN Position 7-2 Ebel- El-Saqi daerah Marjayoun; serta dua (2) Bintara, masing-masing dari WARA dan KOWAD (Korps Wanita TNI Angkatan Darat) yang tergabung dalam Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL (SEMPU: Sector East Military Police Unit) pada UN Position 7-3 Blate daerah Marjayoun; serta terakhir, satu (1) Bintara WARA yang bertugas sebagai Staf Officer (SO) pada JMAC (Joint Mission Analysis Centre) di Markas Besar UNIFIL di Naqoura.
Tahun lalu, pada tanggal 29 Mei 2009, pada peringatan The International Day of UN Peacekeepers, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan penghargaan yang tinggi bagi Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) yang tergabung dalam seluruh misi perdamaian PBB yang berada di berbagai belahan dunia. Dan pada tahun 2010 ini, PBB dan seluruh negara anggotanya akan menitikberatkan pada perayaan ke-sepuluh, tonggak berdirinya Resolusi 1325, yang mengamanatkan peningkatan jumlah wanita di dalam proses perdamaian yaitu di dalam misi-misi operasi perdamaian PBB. Hal ini dikutip dari Ms. Susan Manuel heads the Peace and Security Section in the United Nations Department of Public Information di New York. Dalam artikelnya “Women, peace, and security: UN perspective” pada majalah Al-Janoub Edisi Juni 2009 – No.05.
Resolusi 1325 disebut-sebut sebagai suatu pernyataan yang revolusioner dari Dewan Keamanan PBB sebab menyebutkan secara jelas dan gamblang upaya meningkatkan jumlah merata partisipan wanita dalam seluruh usaha-usaha mempertahankan, mendukung perdamaian dan keamanan dunia. Resolusi 1325 juga disebut sebagai sebuah ekspansi ketentuan-ketentuan tentang wanita dalam operasi perdamaian PBB; dan pada tanggal 29 Mei 2010, kembali PBB merayakan ketentuan baru tersebut, bertepatan dengan The International Day of UN Peacekeepers. Tetapi, tentu saja diperlukan kegiatan aksi nyata untuk menyukseskan hal tersebut, daripada hanya menjadi sebuah pernyataan semata.
Resolusi 1325 menekankan pada pentingnya peran wanita dalam mencegah konflik, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah membuat suatu catatan penting tentang ’Peran Serta Wanita: Tindakan Penuh Perdamaian bagi Stabilitas Keamanan di Lebanon’ yang telah disampaikannya pada tahun 2006, yang mana memusatkan perhatian pada pemberdayaan wanita dalam bidang ekonomi dan solusi bagi akar penyebab utama konflik.
Setelah mengadopsi Resolusi 1325, PBB dan semua negara anggota saat ini sedang bekerja bersama-sama untuk mencapai target, walaupun tingkat kemajuan belumlah cukup dibilang memuaskan. Persentasi staf sipil wanita dalam operasi misi perdamaian telah mencapai kurang-lebih 40 persen. Tetapi tingkat kemajuan masih terlalu lambat bagi personil berseragam atau militer dalam misi perdamaian PBB, seperti yang selama ini dikontribusikan oleh negara-negara anggota PBB: wanita hanya 3 persen dari Peacekeepers Militer (Wanita 8 persen dari 10.000 perwira polisi dan hanya 2 persen dari 80.000 personil militer).
Misi perdamaian PBB secara dinamis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dimulai dari ketentuan-ketentuan tradisional seperti pengawasan genjatan senjata, sampai dengan tingkatan skala yang lebih besar lagi dalam operasi multi-dimensi yang selalu berhubungan dengan perang sipil. Sebab itu, kebutuhan akan Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) meningkat dengan tajam. Misi-misi terbaru dimandatkan untuk memfasilitasi proses-proses politik seperti dialog nasional dalam rangka rekonsialisasi; perlindungan terhadap masyarakat sipil; mendukung proses pengurangan senjata; pengembalian bekas pejuang; dukungan terhadap lembaga pemilihan umum; perlindungan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) serta terhadap penegakan hukum.
Dalam kesemuanya ini, Wanita Pemelihara Perdamaian (Women Peacekeepers) telah membuktikan kemampuannya bahwa mereka dapat tampil dalam aturan main yang sama, dalam standar yang sama, dan didalam kondisi dengan tingkat kesulitan yang sama; sebagaimana halnya bagi seorang mitra-kerja yang saling bahu-membahu bekerjasama di lapangan.
Dalam banyak kasus ataupun kejadian di lapangan, wanita lebih dapat diandalkan pada saat ditempatkan pada tugas-tugas perdamaian, termasuk mengumpulkan informasi dari korban kejahatan seksual; bekerja di penjara-penjara wanita; menolong wanita bekas pejuang selama demobilisasi atau proses kembalinya ke kehidupan sipil dan dapat bertindak selaku mentor atau kakak pembina bagi calon kadet penegak hukum/ polisi.
Wanita Pemelihara Perdamaian pula bertindak selaku figur contoh, menjadi sumber inspirasi bagi semua wanita dan anak-anak gadis remaja di dalam suatu kelompok sosial yang selama ini selalu didominasi oleh kaum pria; dimana Women Peacekeepers bertugas dan mengabdikan diri serta hidupnya. Demikian dikutip dari pernyataan Ms. Susan Manuel heads the Peace and Security Section in the United Nations Department of Public Information di New York.
Jika kembali bercermin pada keberadaan Wanita TNI yang ditempatkan dan tugaskan didalam penugasan misi perdamaian PBB (UNIFIL) yang tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 di Lebanon Selatan ini. Ada banyak hal yang patut menjadi catatan bagi semuanya. Dan tentu saja kiprah dan pengabdian serta perjuangannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam karya tulisan lepas ini diceritakan bagaimana perjuangan yang tidak kenal menyerah yang diperankan oleh lima Wanita TNI (satu diantaranya sudah berumah-tangga) yang beruntung ditugaskan bergabung di dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 ini berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/2438/XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian UNIFIL di Lebanon.
Wanita TNI dalam Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL
Adalah Serda (WARA) Wenny Dwyana Sari serta Serda (KOWAD) Nicky Novitasari yang saat ini dipercayakan pimpinan TNI untuk bertugas dan mengabdi di Satuan Tugas Polisi Militer TNI Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL dibawah kepemimpinan Komandan SEMPU Letkol CPM Ekoyatma Parnowo. Satgas ini merupakan satuan tugas polisi militer yang kedua kalinya dikirimkan dari Indonesia dan bermarkas di UN Position 7-3 Blate daerah Marjayoun serta bertanggungjawab atas seluruh Area Operation (AO) Sektor Timur UNIFIL. Dengan kekuatan jumlah personil sebanyak tujuh puluh lima personil dan dua diantaranya adalah wanita Polisi Militer TNI.
Dari hasil wawancara dengan kedua Wanita TNI ini, diketahui bagaimana pengalaman pada awal-awal penugasan yang sangat menuntut ketahanan fisik yang optimal. Sebab menghadapi iklim dan cuaca Lebanon yang sangat berbeda dengan iklim di Tanah-Air Indonesia. Saat tiba di medan operasi Lebanon Selatan, saat itu bulan November tahun 2009 udara sangat dingin menusuk tulang. Selain itu adanya perbedaan budaya, bahasa, serta lainnya. Ditambah penyesuaian terhadap tuntutan tugas-tugas Polisi Militer yang berstandar aturan skala internasional. Perbedaan-perbedaan inilah, yang menurut Serda PM Wenny Dwyana Sari yang asal kesatuan Satpom Lanud Halim Perdanakusuma; menjadi tantangan tersendiri di dalam melaksanakan tugas di daerah operasi. Namun, dari pengalamannya selama ini, dibuktikan bahwa wanita Polisi Militer TNI juga mampu melaksanakan tugasnya sebagai anggota militer di medan operasi tanpa melihat perbedaan gender.
Dalam Satuan Tugas Polisi Militer Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL ini, Serda (WARA) Wenny maupun Serda (KOWAD) Nicky ditempatkan di Peleton Polisi Militer. Sebagian besar kegiatan yang ditugaskan bagi keduanya berada dan dilaksanakan dilapangan. Tugas yang dilaksanakan wanita TNI di Lebanon tidak berbeda dengan tentara pria lainnya, yaitu tugas piket atau jaga markas (compound). Dalam tugas penjagaan markas ini, keduanya ditempatkan di OP (Observation Post), bertugas untuk memantau situasi yang berada disekitar markas/ kesatriaan. Mengawasi situasi didarat secara langsung maupun diudara, dengan menggunakan teropong. Selain itu juga menjaga pintu gerbang markas dengan mencatat ID-Card untuk mengetahui jumlah personel yang masuk-keluar markas UN Posn 7-3. Serta melakukan patroli menggunakan kendaraan UNIFIL baik disekitar markas ataupun melaksanakan patroli diluar markas radius dua (2) Km.
Juga melaksanakan pengaturan lalu-lintas; suatu kegiatan atau pekerjaan yang melibatkan militer UNIFIL dijalan raya. Dibutuhkan Polisi Militer untuk mengatur ketertibannya. Misalnya pada saat ada pekerjaan pembuatan trotoar dan penyedotan air di jalan sekitar daerah Kafer-Kela. Demikian pula pada saat ada kunjungan-kunjungan delegasi kenegaraan, Wanita TNI dilibatkan pula untuk mengatur lalu lintas disekitar wilayah tersebut.
Termasuk, tugas pengawalan. Wanita PM TNI juga diikutsertakan dalam pengawalan baik VIP maupun rotasi kontingen. Pengawalan untuk rotasi kontingen yaitu dengan mengantar dan menjemput kontingen suatu negara yang tergabung dalam satgas UNIFIL. Kontingen lama dan kontingen yang baru dari markasnya menuju ke Rafik Hariri International Airport di ibukota Beirut dan sebaliknya mengawal kembali lagi menuju markasnya dengan aman. Dengan urutan konvoi kendaraan yang dipimpin dan diakhiri oleh kendaraan Polisi Militer.
Selanjutnya, kegiatan investigasi. Wanita PM TNI juga melakukan penyelidikan, pemeriksaan dan membuat laporan terhadap kasus atau masalah yang dilakukan oleh militer UNIFIL. Seperti contohnya kecelakaan di jalan raya, kehilangan barang property UNIFIL, keluhan atau pengaduan dari masyarakat setempat. Pula patroli diwilayah Sektor Timur Lebanon Selatan sesuai dengan jadwal dari staf operasional. Turut pula dilakoni oleh Wanita TNI. Termasuk Random Check Point dan Permanent Check Point, yaitu melaksanakan pengecekan personil dan kendaraan UNIFIL serta memonitor kendaraan yang keluar masuk area operasi UNIFIL pada satu tempat check point yang sudah ditentukan oleh UNIFIL. Kegiatan lain yang tidak luput pula dari tanggungjawab Wanita PM TNI adalah pemeriksaan bagasi atau barang. Sebelum pemberangkatan atau rotasi pasukan UNIFIL yang akan kembali ke negaranya, wanita PM TNI turut memeriksa bagasi para personil UNIFIL khususnya untuk tentara wanita (Women Peacekeepers) lainnya, dan menyita barang bawaan yang tidak sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedure) dari UNIFIL.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah aktivitas Women Body Searching yang tidak dapat dilakukan oleh prajurit pria lainnya. Kegiatan ini dilakukan di pintu gerbang keluar-masuk negara Lebanon yakni di Rafik Hariri Int’l Airport, yaitu pemeriksaan badan dan barang bawaan tentara wanita UN yang akan pulang dan baru datang dari negaranya, dan sebelum pelaksanaannya sudah dilakukan koordinasi dengan petugas keamanan bandara setempat.
Selanjutnya, kegiatan Speeding Vehicle Check, pengecekan untuk memantau kecepatan kendaraan bagi personel UNIFIL, dimana ketentuan batas kecepatan kendaraan berbeda untuk berbagai jenis kendaraan yang diterapkan pada daerah sekitar jalan tertentu, dengan menggunakan alat bernama speed-gun. Terakhir adalah kegiatan dalam Team Siaga, yakni suatu team yang disiapsiagakan untuk menuju TKP (Tempat Kejadian Perkara) dengan cepat dan tepat sasaran apabila terjadi suatu kecelakaan atau kejadian yang melibatkan militer UNIFIL didaerah tersebut.
Menilik semua deretan tugas dan tanggungjawab Wanita Polisi Militer TNI diatas, maka peran serta wanita TNI dalam misi perdamaian di Lebanon sangatlah besar arti kehadirannya dan sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas polisi militer wanita. Ini tentu saja tidak dapat dipungkiri begitu saja.
Menurut Serda (K) Nicky Novitasari yang sebelumnya berasal dari kesatuan Pusdikpom Kodiklat TNI AD ini. Melihat kenyataan di lapangan saat sekarang ini, masih dibutuhkan lebih banyak lagi jumlah Wanita TNI yang dapat bergabung pada misi perdamaian PBB di UNIFIL ini. Sebab selain banyaknya pekerjaan yang membutuhkan peran wanita TNI, juga untuk tujuan jangka panjang lainnya. Yakni demi peningkatkan kualitas wanita TNI dengan menambah pengalaman berdinas di daerah operasi Luar-Negeri. Jumlah tentara wanita yang bergabung didaerah operasi Lebanon Selatan lebih sedikit dibanding dengan jumlah tentara pria.
Dari pengakuan kedua Wanita Polisi Militer TNI, keduanya sangat bangga menjadi wanita TNI yang dikirim untuk mewakili rekan-rekan wanita TNI dari berbagai matra (Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara ). Tidak mudah memang untuk wanita TNI dapat bergabung dalam misi perdamaian PBB seperti ini, selain harus melewati beberapa proses seleksi terlebih dahulu seperti tes kesehatan, tes jasmani, tes computer, tes Bahasa Inggris, tes membawa kendaraan roda 4(empat), tes kesehatan jiwa. Namun pula harus bersedia dan bersiap menerima setiap rintangan apapun yang akan dihadapi. Tugas operasi seperti di UNIFIL ini merupakan tantangan menarik bagi setiap wanita TNI. Sebab dalam satuan tugas ini dapat pula memberikan pengalaman berdinas yang sangat berharga. Dapat berinteraksi dengan tentara kontingen negara-negara lainnya serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di dunia militer.
Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber motivasi bagi wanita TNI lainnya untuk memacu diri meningkatkan kualitas diri-sendiri sehingga mampu dan dapat dipercaya pimpinan untuk bertugas dalam penugasan misi PBB dimanapun. Satu hal yang menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas di LN adalah kualitas komunikasi dengan bahasa internasional. Agar terjalin komunikasi yang lancar, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris, sebagai bahasa pengantar. Baik saat berkomunikasi dengan masyarakat setempat, atau dengan kontingen negara lain maupun dengan rekan kerja sendiri. “Apalagi di satgas ini, sangat strict sekali penggunaan bahasa Inggris-nya”, aku Serda (K) Nicky Novitasari. “Sebagai Wanita TNI di daerah operasi, tidak ada kata yang tidak bisa. Semuanya harus bisa!” tegasnya.
Ada sederetan prestasi yang telah diukir oleh Wanita TNI dalam sejarah perjalanan Kontingen Garuda Indonesia di bumi Lebanon Selatan sepanjang tahun penugasan 2009 sampai dengan tahun 2010 ini. Selain bertindak sebagai pasukan Peacekeepers PBB didalam menjalankan tugas keseharian, Wanita TNI, khususnya yang tergabung dalam Satuan Tugas Polisi Militer Kontingen Garuda XXV-B/ UNIFIL ini juga ikut serta dalam kegiatan kompetisi olahraga yang diadakan secara rutin oleh UNIFIL, khususnya cabang olahraga Badminton. Pada Competition Open Badminton se-tingkat UNIFIL. Dengan menyabet satu piagam emas dan tiga piagam perak. Ini patut dibanggakan. Wanita TNI juga menampilkan kebudayaan Nasional dihadapan kontingen negara UNIFIL lainnya antara lain tari Aceh dan tari Bali. Selain itu secara rutin mengikuti latihan menembak, Samapta, dan kelas bahasa Inggris pada malam hari setelah makan malam.
“Walaupun dari segi jumlah Wanita TNI masih sedikit, tetapi dengan keterbatasan tentara wanita pada Satgas UNIFIL ini kita harus lebih semangat dan menunjukan yang terbaik”, ujar Serda (Kowad) Nicky saat diwawancarai oleh Pen Satgas. *“Lain memang dengan negara Spanyol, mereka memiliki tentara wanita yang berpangkat mulai dari Prada sampai Perwira-nya. Sedangkan Kontingen Garuda Indonesia walaupun pangkat terendah adalah Serda namun dalam menjalankan tugas didaerah operasi ini, kita tetap memiliki kualitas bekerja yang baik dan sesuai dengan kemampuan masing-masing”, tambahnya dengan serius.
“Untuk tentara wanita Luar-Negeri sama sekali tidak ada perbedaan gender, dalam segi pekerjaan, maupun perlakuan di lingkungan militer. Memang berbeda dengan wanita TNI yang berasal dari timur dan yang berasal dari lingkup sosial yang masih memegang teguh adat ketimuran. Tetapi dari segi kemampuan dan profesionalisme dalam bekerja tidak ada perlakuan istimewa dan tidak ada pembedaan dengan prajurit pria lainnya”, jelasnya lagi.
“Seberat apapun tugas yang kami emban; kami tetap semangat dan harus memacu diri agar menjadi lebih baik. Kami bangga menjadi wanita TNI yang dapat terpilih dan tergabung dalam Satgas POM Konga XXV-B/ UNIFIL Tahun 2009-2010 ini. Kami berdua berharap agar wanita TNI selalu dapat memberikan yang terbaik demi bangsa dan demi perdamaian dunia pada umumnya”, ujar Serda (WARA) Wenny Dwyana Sari melengkapi pernyataan rekan seperjuangannya Serda (Kowad) Nicky Novitasari.
Wanita TNI di lingkup Markas Besar Sektor Timur UNIFIL Marjayoun
UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) dibagi dalam dua sektor yakni sektor barat dan sektor timur. Saat ini Wakil Komandan Sektor Timur UNIFIL (DCO Seceast UNIFIL) dijabat oleh seorang perwira menengah TNI yakni Kolonel Inf Surawahadi dengan tugas dan ruang-lingkup yang lebih kompleks lagi. Keberadaan seorang Wanita TNI yang mendukung kinerja seorang DCO (Deputy Commanding Officer) sangatlah penting peranannya. Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila ditempatkan sebagai Sector East Military Staff yang juga merangkap tugas-tugas ADC (Ajudan) DCO Seceast UNIFIL.
Yakni, mendampingi Deputy Commander (Wadansektor timur) pada semua kegiatan yang akan dihadiri, kecuali pada event-event tertentu, tergantung arahan dari Military Assistant to Sector East Commander. Mengkoordinasikan jadwal kegiatan DCO dengan Military Assistant to Seceast CO.
Untuk pengawalan dibutuhkan koordinasi dengan SEMPU (Sector East Military Police Unit). Membuat rencana kegiatan mingguan DCO Seceast. Mengkoordinasikan setiap undangan yang diterima oleh DCO apakah hadir atau tidak, kepada pengundang/ event organizer melalui telepon. Melaporkan kepada Military Assistant setiap rencana pergerakan keluar basis yang akan menggunakan transportasi baik dengan heli maupun kendaraan dan escort paling lambat dua hari sebelum hari-H kepada G4 transport. Pada setiap kegiatan meeting/ paparan, staff clerk selalu meminta bahan yang dipaparkan atau bahan rapat kepada masing-masing pemapar. Diluar jam kerja, apabila menerima berita yang perlu untuk dilaporkan sesegera mungkin saat itu juga, maka staff clerk agar menyampaikan langsung berita yang diterima kepada DCO. Mengingatkan DCO atas setiap acara yang akan dihadirinya (melaporkan kesiapan acara in last five minute). Dan terakhir membuat kumpulan laporan bulanan dari masing-masing personel military staff untuk dikirim ke Indonesia.
Sedemikian panjangnya urutan tugas dan tanggungjawab seorang staf clerk, sehingga tentu saja dibutuhkan kesigapan dan kreativitas yang tinggi untuk menyiasatinya. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila dituntut untuk dapat bergerak dengan cepat dan dapat berkomunikasi dengan baik diantara negara-negara kontingen yang ada di Area Operation (AO) UNIFIL. Hal ini dengan sendirinya menambah pengalaman serta pengetahuannya akan lingkup kerja bersama-sama dengan negara kontingen lainnya. Saat ini Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila berkantor di markas besar Multinational Brigade Sector East UNIFIL UN Position 7-2 Ebel El-Saqi daerah Marjayoun. Dimana berbaur dan berdampingan dengan prajurit Spain Battalion (The Spanish Contingent Libre Hidalgo IX,X,XI dan XII serta The Salvadorian Contingent).
Dari pengakuannya, tantangan yang ditemuinya selama ini lebih banyak mengarah pada perbedaan budaya dan pola pikir. Jika selama ini di Indonesia, yang namanya abulation selalu diberikan tempat yang jelas serta batasan yang berbeda antara wanita dan pria, namun hal ini tidak demikian kenyataannya di UNIFIL ini. Dan tantangan yang kedua adalah bagaimana bekerja secara profesional dengan menguasai bidang masing-masing walaupun lamanya jam kantor lebih panjang dari biasanya, dan ini merupakan ciri-khas markas besar sektor timur UNIFIL selama ini, dibandingkan dengan sektor barat UNIFIL.
Harapan-harapannya tercermin dari pengalamannya bertugas selama ini di UNIFIL. Menurutnya, adalah penting dilakukan penambahan jumlah Wanita TNI untuk bergabung dalam misi-misi penugasan Luar-Negeri seperti di UNIFIL ini, sehingga kesempatan untuk menimba pengalaman berdinas serta menambah pengetahuan semakin terbuka lebar bagi Wanita TNI. Apalagi, menurutnya, ada banyak Wanita TNI yang memiliki ilmu pengetahuan; benar-benar menguasai bidang kerjanya dan yang dapat ditugaskan dalam misi dunia. Hal ini dibutuhkan bukan hanya sebagai penyeimbang jumlah persentasi kuota antara prajurit pria dengan prajurit wanita namun juga melihat ada banyak kemampuan Wanita TNI yang belum diberdayakan dengan sepenuhnya. Serta tentu saja, agar ada persamaan gender di tubuh organisasi TNI.
Bagi Wanita TNI yang satu ini, pengalaman yang paling berkesan baginya adalah disaat-saat seperti sekarang ini. Dapat bertemu dengan berbagai bangsa di dunia dan yang tergabung dalam satu misi perdamaian PBB. Sehingga dapat mempelajari berbagai macam corak budaya negara-negara lain, menambah pengetahuan yang baru serta menambah pengalamannya. Perasaan bangga dan senang mengiringi pengabdiannya di UNIFIL sebab dengan penuh syukur dapat tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia 2010 di kancah dunia internasional.
Walaupun pada awal-awal penugasan merupakan masa yang paling berat seperti bagaimana mengendalikan perasaan rindu akan keluarga besar (Bapak-Ibu) yang berada di Tanah-Air, serta bagaimana belajar mengikuti ritme kerja negara kontingen Spanyol; namun semuanya bisa teratasi dengan sendirinya, dengan penuh kesadaran untuk mengatasinya.
Kiat-kiat yang diperbuatnya dalam menyiasati tugas-tugas militer berdampingan dengan prajurit pria lainnya adalah dengan cara mengerjakan setiap tugas yang diperintahkan oleh pimpinan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggungjawab; senantiasa menjaga harga-diri/ kehormatan pribadi dengan sepenuh hati; bertindak sopan-santun; bersikap penuh kesabaran serta bertingkah-laku rendah-hati. Demikian panjang lebar uraian wawancara dengan Serda PDK/W (KOWAL) Wilia Arisila yang sebelumnya berasal dari kesatuan SESKOAL Jakarta ini.
Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL (Commander of The Indonesia National Contingent)
Sepertinya tidaklah berimbang jika peran dan kiprah Wanita TNI ini hanya ditinjau dari sudut pandang pelakunya saja. Namun adalah baik jika ditampilkan disini, tanggapan Kolonel Inf Restu Widiyantoro selaku Commander of The Indonesia National Contingent (Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL); yang juga menjabat sebagai Komandan Satgas FHQSU (UNIFIL Force Headquarter Support Unit) Konga XXVI-B1/ UNIFIL yang berkantor di markas besar UNIFIL Naqoura.
Menurut Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL; kehadiran Wanita TNI dalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010 ini merupakan komplemen yang signifikan serta sangat patut diapresiasi, karena kehadirannya mampu mengangkat opini negara kontingen lain. Ini berarti, Indonesia juga menghormati dan menganut adanya persamaan hak antara wanita dan pria, tanpa adanya perlakuan diskriminasi gender; sama seperti yang selama ini menjadi cita-cita mulia seluruh negara-negara di dunia.
Dari penilaiannya, selama satu tahun masa penugasan, profesionalisme dibidang militer yang ditunjukkan oleh Wanita TNI dalam tugas perdamaian di Lebanon juga setingkat dengan Wanita Armed Forces dari negara-negara lain. Bahkan, yang paling membanggakan, dalam even pertandingan olahraga bulanan yang diselenggarakan oleh UNIFIL sebagai ajang persahabatan antar bangsa di UNIFIL; Wanita TNI Kontingen Garuda Indonesia telah menunjukkan prestasi yang membanggakan pada setiap cabang olahraga yang diikuti. Yaitu tenis meja, bulutangkis open tournament dan bulutangkis antar kontingen. Walau hanya berjumlah lima orang, tetapi mampu menyabet hampir semua medali emas putri yang diperebutkan di ketiga even tersebut. Menurut perwira yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Brigade Infantry 9/Kostrad di Jember Jawa Timur ini, hal tersebut jauh lebih bagus daripada prestasi yang ditunjukkan oleh anggota kontingen pria yang berjumlah 1321 orang.
Disamping keikutsertaannya dalam cabang olahraga, Wanita TNI juga aktif berpartisipasi pada setiap kegiatan protokoler ditingkat Satgas dan tingkat Kontingen. Peran aktifnya telah menampakkan seolah-olah ada banyak Wanita TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda Indonesia, padahal pada kenyataannya hanya berjumlah lima orang.
Namun dari segi jumlah, Wanita TNI kalah banyak dengan Women Peacekeepers negara kontingen lain. Dibanding dengan negara kecil seperti Nepal atau Malaysia saja, Indonesia masih kalah. Nepal mempunyai kontingen sebesar 850 orang di UNIFIL, 30 orang diantaranya wanita. Kontingen Malaysia yang berjumlah kurang dari 700 orang saat ini, mampu konsisten mengirim lima belas orang wanita dengan waktu durasi pergantian penugasan setiap empat bulan. Jumlah ini menjadi lebih timpang lagi bila dibanding dengan negara-negara Eropa. Mereka sudah tidak membedakan lagi lingkup penugasan antara prajurit pria dan wanita. Bahkan tugas-tugas sebagai sopir truk, sopir panser, jaga malam, petugas piket malam, sampai anggota kompi senapan pun sudah lazim dipercayakan kepada prajurit wanitanya.
Walaupun demikian, lanjut Kolonel Inf Restu Widiyantoro, kalah dalam jumlah tidak berarti kalah dalam peran.
“Saya merasakan sepenuhnya bahwa peran Wanita TNI dalam kontingen Garuda sangat signifikan. Dalam banyak hal, kiprah Wanita TNI menjadi inspirasi dan katalisator bagi prajurit pria. Kegigihan mereka untuk lebih maju, kemauan keras untuk tidak diremehkan oleh prajurit pria lainnya sering menjadi sumber motivasi bagi prajurit pria. Bagi prajurit pria yang seringkali tanpa sadar menganggap dirinya berada lebih diatas angin, lebih kuat, lebih tegar, lebih mampu melakukan tugas-tugas kemiliteran”, ujarnya dengan senyum penuh arti. “Jika membandingkan hal ini dengan keadaan dan situasi di kontingen lain, tentu saja akan sulit. Karena saya tidak tahu bagaimana sebenarnya situasi internal kontingen negara lain. Tetapi, secara umum dalam penampilan pada even dan pergaulan internasional di UNIFIL, penampilan Wanita TNI kita cukup sejajar dengan negara kontingen lain khususnya dari Asia”, kata perwira yang asli Salatiga ini dengan panjang-lebar.
Dalam wawancara singkat ini, terungkap harapannya yang terdalam, agar Wanita TNI terus meningkatkan partisipasi profesional sebagai Women Peacekeeper.
“Tunjukkan bahwa kita setara dan berkelas international. Penguasaan bahasa Inggris, penguasaan tugas-tugas sebagai Peacekeeper dan profesionalitas dalam basic kemiliteran merupakan kemampuan yang harus dimiliki sebagai bekal awal, setelah itu harus menguasai profesionalisme sesuai spesifikasi tugasnya masing-masing”, jelasnya secara mendetil. Apakah sebagai Public Information Officer, sebagai Military Police, sebagai Staff Officer, dan dalam berbagai bidang tugas lainnya sesuai jabatannya. Prestasi maksimal yang dicapai sekarang akan meningkatkan kepercayaan pimpinan untuk terus meningkatkan pelibatan Wanita TNI dalam jumlah dan lingkup tugas yang lebih besar.
Demikian pula harapan perwira yang pernah menjabat sebagai Kasrem Bengkulu tahun 2007 ini, berharap adanya perhatian pimpinan terhadap Wanita TNI. Agar jumlah personel maupun lingkup bidang penugasan bagi Wanita TNI ditambah. Dengan memberikan kepercayaan yang tinggi untuk bertugas dan berkiprah dibidang-bidang lain yang masih terbuka luas untuk dilakukan, seperti petugas kesehatan di UNIFIL’s Hospital atau di satuan-satuan tugas Indonesia lainnya; atau sebagai Staf Officer di markas besar UNIFIL, ataupun sebagai anggota kompi-kompi pengawalan, sebagai pengemudi, anggota maintenance, staf administrasi, staf logistik, sebagai petugas protokol, dokumentasi, interpreter, dan banyak lagi bidang lainnya.
Sedangkan untuk mengurangi resiko yang mungkin bisa terjadi akibat pisah keluarga yang cukup lama, maka durasi penugasan untuk Wanita TNI bisa ditinjau kembali. Cukup enam bulan penugasan saja, tidak seperti prajurit pria yang harus menjalani penugasan selama dua belas bulan.
Pada kesempatan ini, terungkap pesan maupun sarannya yang patut dicermati oleh seluruh Wanita TNI demi kemajuan jati-dirinya di masa mendatang. Wanita TNI hendaknya senantiasa menguji dan meningkatkan kualitas diri sebagai anggota TNI dengan bergabung sebagai anggota Kontingen Garuda Indonesia. Selain itu, senantiasa memberikan pemahaman yang meyakinkan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan (orang tua, anak, saudara, pasangan-hidup) bahwa tugas ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga disamping sebagai bentuk pengabdian dan karir sebagai anggota TNI. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk senantiasa menunjukkan kualitas Wanita TNI dalam berbagai bidang penugasan sembari tetap menjaga kodrat dan jati-dirinya sebagai wanita, tanpa harus berubah menjadi kelaki-lakian/ macho.
“Saya mendengar informasi bahwa dalam Kontingen Garuda Indonesia 2011, nantinya akan ada dua puluh orang Wanita TNI yang tergabung didalamnya. Ini perkembangan yang bagus sekali. Sebab, makin besar jumlah; maka makin menambah kepercayaan dan opini dunia kepada Indonesia dalam kesetaraan gender”, kata komandan yang sudah berkali-kali penugasan ke LN seperti ke United Kingdom, Australia, Thailand, Jepang dan Singapura.
“Jika ditilik dari rasio jumlah yang disarankan oleh UNIFIL yakni wanita Peacekeepers harusnya berjumlah sepuluh persen dari prajurit pria, maka tentu saja jumlah itu masih bisa ditingkatkan hingga menjadi 130 orang Wanita TNI dari keseluruhan 1326 orang prajurit Kontingen Indonesia. Semoga saja”, ujarnya sambil berharap.
Mengakhiri wawancara Pen Satgas Indobatt dengan Komandan Kontingen Garuda Indonesia, Kolonel Inf Restu Widiyantoro memberikan penilaiannya sekali lagi tentang kinerja Wanita TNI dalam misi UNIFIL selama kurun waktu penugasan 2009-2010. “Sebagai Komandan Kontingen Indonesia saya bangga dan hormat dengan penampilan Wanita TNI di UNIFIL. Semua tugas yang dipercayakan, yakni sebagai PIO Indobatt, sebagai JMAC Staff Officer, sebagai Polisi Militer dan sebagai Sector East Militery Staff, semuanya perfect. Small but decisive atau Small unit with big impact”, ujarnya dengan meyakinkan.
Wanita TNI sebagai Staf Officer (SO) pada JMAC (Joint Mission Analysis Centre) UNIFIL HeadQuarters
UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) membagi dua wilayah pertanggungjawabannya dalam dua sektor yakni Sektor Barat UNIFIL dimana bermarkas pula Italian Bersaglieri Brigade ‘Garibaldi’ berada dibawah kepemimpinan seorang Brigadier General (ITA) Giuseppenicola TOTA. Serta Sektor Timur UNIFIL dimana bermarkas Spain Battalion (The Spanish Contingent Libre Hidalgo XII and The Salvadorian Contingent) dibawah kepemimpinan seorang Brigader General (SPA) Juan Carlos Medina Fernandez. UNIFIL sendiri memiliki markas besar yang terletak di pesisir pantai daerah Tyre, tepatnya di desa Naqoura, berbatasan langsung dengan Israel.
Di markas besar UNIFIL inilah, salah satu Wanita TNI menjalankan tugas kesehariannya sebagai Admin Assistant and Data Base Manager. Tugas pokoknya adalah membantu pelaksanaan tugas dan kegiatan anggota Joint Mission Analysis Centre (JMAC) UNIFIL. Saat wawancara dan penyusunan tulisan ini, Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja, sedang persiapan check-out and hand-over dengan penggantinya. Beruntung bagi Pen Satgas masih sempat bertemu dan dapat berbagi cerita dengannya.
Bagi seorang Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja, pengalaman yang paling berkesan yang ia temukan di daerah penugasan Selatan Lebanon ini adalah pengalaman bekerjasama dengan staf nasional maupun internasional. Sebab, dengan sendirinya hal ini berarti menambah luasnya wawasan pergaulannya sebab memiliki banyak rekan kerja dari berbagai bangsa di dunia. Walaupun, secara manusia biasa, ia juga memiliki perasaan kerinduan yang mendalam akan keluarga orang-tuanya yang berada jauh di Tanah-Air Indonesia. Ini merupakan tantangan tersendiri yang dihadapinya, namun mampu diatasinya dengan tetap menjaga komunikasi yang rutin dengan Bapak-Ibu nya yang berada di Bogor Jawa Barat Indonesia.
Mengenai penugasan Wanita TNI di UNIFIL, sampai saat ini pimpinan TNI telah memberikan kebijakan yang cukup, menurutnya, dengan segala pertimbangan yang ada. Sedangkan keterlibatan Wanita TNI di dalam misi tugas operasi apapun tetaplah harus berdasarkan dengan bidang keahlian yang benar-benar dibutuhkan oleh suatu penugasan serta didukung oleh kemampuan yang maksimal dari seorang Wanita TNI.
Pengalaman-pengalaman di saat-saat seperti inilah yang paling membekas dalam hatinya. yakni saat bekerja di tengah-tengah lingkungan kerja internasional dengan suatu sistem kinerja yang profesional, terukur serta terarah. “Ini merupakan pengalaman berharga yang baru sekarang saya temui seumur hidup. Pengalaman yang belum tentu bisa saya dapatkan di Tanah-Air”, katanya dengan senyum simpatik.
Ada suatu kebanggaan tersendiri baginya memperoleh kepercayaan dari pimpinan TNI Angkatan Udara, TNI dan Negara Indonesia, untuk menjadi salah satu perwakilan Wanita TNI yang dapat berkiprah dan berkarya nyata di lingkup penugasan internasional. Kebanggaan ini merupakan kebanggaan pribadi yang ia rasakan, menjadi kebanggaan keluarga, kebanggaan satuan dan terutama menjadi kebanggaan negara. Sehingga meningkatkan sikap penuh tanggungjawabnya bagi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas. “Senantiasa berbuat yang terbaik selama penugasan ini”, ujar Sertu Reni yang awalnya berasal dari kesatuan kerja Srena (Staf Perencanaan dan Anggaran) Markas Besar TNI AU Jakarta.
Satu hal yang tidak kalah penting, menurutnya, Wanita TNI patut pula turut serta di dalam penugasan PBB sebab dunia internasional mengakui adanya persamaan gender. Bahwa wanita maupun pria memiliki hak yang sama dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam misi perdamaian PBB. Namun, dari kesemuanya ini, satu hal yang dianggapnya sebagai tantangan menarik yang didapatinya selama ini adalah bagaimana belajar mengikuti ritme kerja dunia internasional dan bagaimana ia berupaya semaksimal mungkin untuk menyamai tingkat profesionalitas tentara-tentara wanita dari negara lain. Hal ini diakuinya dengan berterus-terang, itu sebabnya, bercermin dari hal ini, menurut Sertu Reni, sudah sepatutnya bagi Wanita TNI dengan penuh kesadaran lebih mengasah diri, dan meningkatkan keahlian bidang yang dimilikinya.
Sebagai Wanita TNI yang ditugaskan diantara anggota militer pria lainnya, Sertu Reni memiliki kiat-kiat tersendiri dalam menyiasati tugas militer berdampingan dengan prajurit pria lainnya. Yakni, dengan senantiasa berusaha bersikap profesional dalam bidang pekerjaan, dan ditunjang dengan kerjasama serta komunikasi yang baik dengan tentara pria lainnya, diikuti sikap menghargai serta menghormati personil lainnya. Demikian sekilas pemikiran dan sharing pengalaman dengan Sertu (WARA) Reni Marlinawati Admaja.
Wanita TNI dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt)
Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/ 2438/XI/ 2009 tanggal 17 Nopember 2009 tentang Perintah Untuk Melaksanakan Tugas Operasi Pemelihara Perdamaian Sebagai Satuan Tugas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL di Lebanon menjadi dasar penting pelaksanaan tugas selaku Perwira Penerangan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL tahun 2009-2010 ini. Kapten (Sus) Sanra Michiko Moningkey adalah satu-satunya perwira Wanita TNI yang ditugaskan ditengah-tengah ribuan personil militer pria dalam Indonesia Batalyon. Menurut pengakuannya, hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Walaupun ini berarti mengandung tanggung-jawab yang tidak sedikit.
Ada keuntungan tersendiri baginya saat ditempatkan di bagian yang tidak jauh-jauh dari bidang ilmu sosial yang selama ini ditekuni. Yakni sebagai Perwira Penerangan (Public Information Officer) Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL (Indonesian Battalion/ Indobatt) dengan Komandan Indobatt Letkol inf Andi Perdana Kahar, yang berkantor dimarkas Indobatt UN Position 7-1 desa Adshit Al-Qusayr. Dan berada jauh jaraknya dengan Wanita TNI lainnya yang bermarkas di Sektor Timur UNIFIL maupun yang berkantor di Mabes UNIFIL di Naqoura.
Seperti yang terungkap diawal, penugasan dalam misi perdamaian PBB ini atau dalam UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri yang dibarengi dengan rasa tanggungjawab yang besar. Apalagi, didalam satuan tugas Indonesian Battalion 23-D tahun 2009-2010 ini, adalah merupakan kepercayaan yang besar yang telah diberikan oleh pimpinan TNI. Sebab, untuk kali pertama sepanjang sejarah pengiriman Kontingen Garuda Indonesia ke Selatan Lebanon, diijinkan Wanita TNI tergabung didalam Indonesia Batalyon untuk turut serta membuktikan kiprahnya dalam misi perdamaian dunia. Jika di satuan tugas lainnya seperti Polisi Militer serta Staff Officer lainnya, tidak asing lagi jika ada Wanita TNI yang menggantikan pendahulunya. Namun, ini merupakan kali pertama bagi satu unit Batalyon Mekanis mengikutsertakan Wanita TNI. Menyadari tanggungjawab sebagai pionir inilah yang mengingatkan untuk senantiasa bertanggungjawab membuka jalan dan kesempatan bagi rekan-rekan Wanita TNI lainnya.
Deskripsi pekerjaan seorang Public Information Officer (Perwira Penerangan Satgas) sudah pasti akan selalu berhubungan dengan banyak media massa. Mulai dari pembuatan Press-release atau siaran pers satuan Indobatt yang faktual, aktual, informatif, objektif, akurat dan menarik. Mendata atau berusaha memiliki data lengkap media yang ada. Hingga menghubungkan media yang berniat untuk melakukan wawancara dengan Komandan satgas Indobatt. Di hari-hari istimewa seperti UN Medal Parade (Upacara Penganugerahan Medali PBB), ditugaskan penuh di lapangan bekerjasama dengan rekan-rekan pers lokal lainnya menyukseskan acara penting seperti ini.
Tugas sebagai Perwira Penerangan penuh dengan tantangan yang tidaklah sedikit. Disamping bagaimana berupaya sebagai prajurit wanita menyesuaikan diri di tengah lingkungan kerja yang seluruhnya prajurit pria, disisi lain adalah bagaimana menampilkan profesionalime kerja sebagai seorang perwira wanita yang membawa citra Satgas. Dunia Public Information Officer (PIO= istilah Perwira Penerangan didalam penugasan misi PBB) ini tidaklah jauh bedanya dengan seorang Public Relations (PR) dalam dunia kerja pada umumnya. Bidang ini mengajarkan tentang seluk-beluk hubungan masyarakat namun juga yang paling penting adalah tentang hubungan antar-manusia. Dari sekian banyak pengalaman sebagai Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) ataupun sebagai PIO kali ini, ditemukan bahwa selain dituntut penampilan full senyum yang dapat membangkitkan mood positif bagi orang sekitar; yang mewakili gambaran umum tentang prajurit Indonesian Peacekeepers; yang terus-terang dan tidak berpura-pura, namun juga harus dipadu dengan kapasitas dan skill yang mumpuni.
Dan ilmu yang terpenting yang harus digenggam adalah kemampuan untuk mendengar dan mengamati lingkungan sekitar. Kemudian menuangkannya dalam bentuk siaran pers sebagai satu-satunya informasi per-satu berita yang dibutuhkan oleh masyarakat lokal, masyarakat Nasional maupun Internasional. Tugas ini sedemikian pentingnya sehingga masyarakat dunia dapat mengetahui hal-hal penting apa saja yang telah dikerjakan oleh Indonesian Peacekeepers di Selatan Lebanon wilayah Timur-Tengah. Selanjutnya dapat menghargai kiprah Kontingen “Garuda” Indonesia yang mengarah pada kesatuan pengertian yang sama akan perdamaian dunia seutuhnya.
Selain ketrampilan mendengarkan, kapasitas pengetahuan akan keberadaan serta sejarah Satgas juga mengambil peran yang tidak sedikit. Selain itu pengetahuan akan gambaran utuh tentang organisasi UNIFIL juga menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas. Ditambah pengetahuan akan Standard Operating Procedure March 2010 tentang Video Audio Recording and Photography yang telah disahkan oleh Panglima UNIFIL (Force Commander and Head of Mission UNIFIL) Major General Alberto Asarta Cuevas.
Pada saat berhadapan dengan rekan-rekan pers, disini dibutuhkan kesadaran bahwa seorang PIO tidak hanya membawa dirinya sendiri namun membawa nama baik satuan, nama baik TNI dan nama baik negara kontingen. Dan tidak hanya berhadapan dengan sebuah nama media massa semata, namun berhadapan dengan publik yang berhak untuk mengetahui sesuatu.
Tantangan yang dihadapi sangatlah rumit. Didalam dunia booming-information saat ini, dibutuhkan kecepatan informasi serta faktualitas informasi. Urusan dead-line juga sering menjadi momok yang kadang menuntut kesiapan kerja selama 24 jam sehari. Disaat melaksanakan tugas, harus menghadapi berbagai macam karakter serta kepribadian orang. Memiliki empati serta simpati yang tinggi terhadap orang lain yang sulit didekati merupakan tantangan tersendiri pula. Ketika bertemu dengan media, sudah menjadi tantangan tersendiri, untuk dapat mengetahui personal interest –nya, sebab sudah pasti ada yang ingin dicapai dan diketahui baik secara personal maupun secara profesional oleh individu tersebut. Semua ini harus dipertimbangkan didalam setiap pertemuan dan komunikasi dengan para jurnalis.
Selain tugas utama diatas, sudah bukan merupakan hal yang asing lagi jika Wanita TNI juga ditugaskan didalam berbagai tugas samping lainnya. Seperti sebagai Master of Ceremony (MC) acara-acara resmi seperti kunjungan pejabat Negara dan pejabat TNI. Maupun bertugas memperkuat tim pahlawan olahraga dalam kancah internasional. Kesempatan yang diberikan oleh pimpinan untuk mendukung tim olahraga satgas dilakoni pula dengan penuh tanggungjawab. Berupa latihan yang tidak kenal menyerah walaupun cuaca dingin menusuk tulang sekalipun. Latihan menjaga tingkat kebugaran tubuh dengan jogging di alam terbuka. Latihan ketrampilan memainkan raket Badminton bersama-sama rekan-rekan prajurit pria yang tidak kalah semangatnya.
Mengutip apa yang dikatakan oleh rekan-rekan Wanita TNI: “Tidak ada yang tidak bisa bagi Wanita TNI, semuanya pasti bisa! Jika diberi kesempatan latihan dan mempersiapkan diri!”. Dengan semangat inilah Kapten (Sus) Sanra Michiko Moningkey dapat meraih dua medali emas (Single maupun Mix) dalam Competition Table-Tennis Inter-Contingent UNIFIL di China Battalion, dua medali emas (Single maupun Mix) dalam Competition Badminton Inter-Contingent UNIFIL di Indobatt serta satu medali perunggu pada ganda campuran Open Tournament Badminton se-tingkat UNIFIL di markas besar Naqoura.
Penugasan sebagai Papen Satgas Indobatt di UNIFIL adalah penugasan yang sangat berkesan. Kesempatan penugasan ini meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu PIO yang dimiliki. Tentu saja, sebagai anggota Wanita TNI, berharap akan ada semakin banyak kesempatan bagi Wanita TNI yang ditugaskan dalam misi perdamaian dunia PBB.
Demikian beberapa hasil wawancara dengan Wanita TNI yang tergabung didalam Kontingen Garuda Indonesia tahun 2009-2010. Mengutip pernyataan Panglima TNI Djoko Santoso beberapa waktu lalu; reformasi TNI terus dilanjutkan, karena bagi TNI, “reformasi adalah proses yang tiada akhir”, tetapi membutuhkan proses dan upaya terus-menerus. Demikian pula Wanita TNI, tentu saja sebagai bagian integral yang termaktub dalam tubuh organisasi TNI juga tetap melaksanakan proses-proses penyempurnaan yang akan tetap dilakukan senantiasa.
Sumber : pralangga.org
0 Please Share a Your Opinion.: