15 Juni 2012

Anda pakai jurus marketing apa ?

Banyak membaca, merenung, evaluasi dan jalan-jalan mencari ide-ide baru, itu yang akhir-akhir ini lagi banyak saya lakukan. Maklum, bulan-bulan seperti ini adalah bulan yang masih agak slow di usaha distro saya, ibarat mesin lagi dalam maintenance, diservis sana-sini biar pas mau turun balap sudah ready dan tinggal ngegas saja
 
Saya lagi tertarik dengan buku-buku tentang organisasi, corporate strategy dan marketing. Tentang marketing saya akan nulis fenomena marketing model UKM.

Apapun usaha yang kita jalankan, tentunya tidak mugkin lepas dari kegiatan promosi dan marketing, baik iklan, spanduk, sms broadcast, diskon, brosur, event promo, dll. Tetapi yang banyak terjadi adalah marketing plan-nya kurang fokus, obyektifnya ngga jelas, ngga pernah dievaluasi dan diukur tingkat keberhasilannya. Akhirnya muncul perasaan frustasi dan pertanyaan klasik: “perasaan kita sudah coba ini itu tapi kok hasilnya masih gini-gini aja ya?”
Saya punya beberapa pengalaman yang seharusnya tidak perlu terjadi:
  1. Terlalu fokus dan percaya diri dengan produk sehingga mengabaikan apa sebetulnya kebutuhan utama pelanggan serta solusi yang dibutuhkan konsumen yang kita layani. Dengan kata lain kita hanya mengandalkan product driven bukan market driven.
  2. Terlalu menonjolkan gaya marketing “branding/mengingatkan” biar kelihatan keren atau bonafide sampai melupakan jualannya. Padahal bujet promosinya sangat terbatas. Mestinya setiap rupiah yang dikeluarkan menghasilkan nilai penjualan dan perlu direct response dari pelanggan. Lain cerita kalau perusahaan kita sudah sekelas Nike, Marlboro atau Gucci. Perusahaan sekelas AirAsia saja masih mengandalkan model promosi direct response dengan bahasa yang sederhana, powerfull dan fokus pada kebutuhan konsumen.
  3. Minimnya strategi dan jenis marketing yang digunakan, hanya ikut-ikutan pesaing, kurang kreatif yang akhirnya menghamburkan biaya yang ujungnya menganggap biaya marketing sebagai cost bukannya investasi, kehabisan stamina/modal.
  4. Tidak pernah diuji dan diukur hasil setiap strategi marketing yang dijalankan. Tidak pernah dievaluasi seberapa efektif hasilnya, berapa biaya yang dihabiskan, seberapa besar dampaknya. Perhatikan, sesuatu yang tidak bisa diukur akan sulit untuk ditingkatkan.
  5. Frustasi dan putus asa yang akhirnya tidak melakukan apa-apa. Bisa karena kehabisan atau kebanyakan ide, kehabisan “peluru” atau modal.
Previous Post
Next Post

0 Please Share a Your Opinion.: