Teknologi ban tanpa angin sudah banyak dibikin oleh beberapa pabrikan ban. Namun, prototipe dari Michelin yang dinamai "Tweel" (gabungan dari dua unsur, yaitu ban (tire) dan velg (wheel) agak unik) menyerupai velg yang menggunakan jari-jari ganda. Jadi, velg dibalut semacam jari-jari yang terbuat dari polyurethane, baru kemudian dibalut ban tanpa angin.
Revolusi ban dimulai sejak John Boyd Dunlop menemukan ban pneumatic pada 1888. Hingga kini, berbagai pengembangan terus dilakukan oleh pabrikan ban. Salah satunya oleh Michelin yang pada 2005 menyodorkan ban tanpa angin.
Keistimewaan dari jari-jari itu ada pada fungsinya sebagai angin (kalau pada ban konvensional) untuk menahan sekaligus memberi kelenturan ayunan suspensi. Meski seperti jari-jari, velgi ini cukup kuat dan elastis.
Ketika dijajal pada Audi A4, ternyata Tweel memiliki tekanan lima kali lipat dari ban biasa dan menghasilkan handling yang baik. Selain itu, pihak pabrikan mengklaim bahwa dengan velg ini, efisiensi bahan bakar mobil akan meningkatkan 1 persen. Ketika dikembangkan, banyak pihak yang berharap velg tersebut bisa diproduksi.
Keunggulan lain yang dimiliki Tweel, pengemudi tak harus bolak-balik mengecek tekanan angin atau takut kempes, kena paku, dan awet lebih lama.
Karena keunggulan ini, Michelin bahkan diminta oleh pihak NASA menciptakan Michelin Lunar Wheel untuk mobil penjelajah planet pada 2009. Karena keunggulan ini pula, produk tersebut sangat tepat untuk kebutuhan kendaraan militer dan konstruksi.
Meski hebat, Tweel tak bisa diajak ngebut. Saat berputar di atas kecepatan 50 mil per jam, proses itu menimbulkan suara sangat berisik dan menciptakan suhu panas yang luar biasa. Jadi, hingga kini, produk tersebut baru tepat jika digunakan pada kendaraan berkecepatan rendah di segmen komersial, seperti traktor dan truk.
Karena kelemahan ini, pihak Michelin menyatakan belum akan memasarkan produk secara massal dalam waktu dekat. "Teknologi ban radial masih akan menjadi standar di dunia ini hingga waktu yang cukup panjang ke depan," ujar pihak Michelin dalam keterangan resminya, seperti dilansir Autoevolution, baru-baru ini.
Revolusi ban dimulai sejak John Boyd Dunlop menemukan ban pneumatic pada 1888. Hingga kini, berbagai pengembangan terus dilakukan oleh pabrikan ban. Salah satunya oleh Michelin yang pada 2005 menyodorkan ban tanpa angin.
Keistimewaan dari jari-jari itu ada pada fungsinya sebagai angin (kalau pada ban konvensional) untuk menahan sekaligus memberi kelenturan ayunan suspensi. Meski seperti jari-jari, velgi ini cukup kuat dan elastis.
Ketika dijajal pada Audi A4, ternyata Tweel memiliki tekanan lima kali lipat dari ban biasa dan menghasilkan handling yang baik. Selain itu, pihak pabrikan mengklaim bahwa dengan velg ini, efisiensi bahan bakar mobil akan meningkatkan 1 persen. Ketika dikembangkan, banyak pihak yang berharap velg tersebut bisa diproduksi.
Keunggulan lain yang dimiliki Tweel, pengemudi tak harus bolak-balik mengecek tekanan angin atau takut kempes, kena paku, dan awet lebih lama.
Karena keunggulan ini, Michelin bahkan diminta oleh pihak NASA menciptakan Michelin Lunar Wheel untuk mobil penjelajah planet pada 2009. Karena keunggulan ini pula, produk tersebut sangat tepat untuk kebutuhan kendaraan militer dan konstruksi.
Meski hebat, Tweel tak bisa diajak ngebut. Saat berputar di atas kecepatan 50 mil per jam, proses itu menimbulkan suara sangat berisik dan menciptakan suhu panas yang luar biasa. Jadi, hingga kini, produk tersebut baru tepat jika digunakan pada kendaraan berkecepatan rendah di segmen komersial, seperti traktor dan truk.
Karena kelemahan ini, pihak Michelin menyatakan belum akan memasarkan produk secara massal dalam waktu dekat. "Teknologi ban radial masih akan menjadi standar di dunia ini hingga waktu yang cukup panjang ke depan," ujar pihak Michelin dalam keterangan resminya, seperti dilansir Autoevolution, baru-baru ini.
0 Please Share a Your Opinion.: