Padangsidimpuan, Kasus korupsi Walikota Medan Rahudman Harahap dan Bupati Paluta Bahrum Harahap sewaktu mereka berdua jadi Sekda dan Ketua DPRD Tapsel yang penyidikannya oleh Kejati Sumut bertele-tele hingga kini, mungkin dianggap sudah hilang dari benak masyarakat di Kabupaten Tapsel dan Kota Padangsidimpuan (Psp) yang banyak mengidap penyakit amnesia sejarah. Buntutnya kedua pejabat birokrasi ini tanpa sedikitpun rasa malu terlihat seolah mau mewariskan reputasi buruk birokrasi benalu drakula vampir pengisap APBD kepada keturunannya dengan mendukung mendanai kedua anak kandung mereka ikut Pilkada Kota Psp.
Anak Walikota Medan Rahudman si Dedy yang karir terakhirnya cuma Sekcam di Pemko Medan dan anak Bupati Paluta Bahrum si Andar yang jabatan terakhirnya cuma Kabag Mutasi di Pemkab Paluta, tampil maju menjadi calon Walikota Psp. Dibanding cawalkot lain-lainnya, kedua anak Rahudman dan Bahrum terlihat paling heboh pamer baliho raksasa di hampir setiap sudut Kota Psp, serta sangat royal tabur sedekah sembako ke kalangan masyarakat awam.
Bagi banyak kalangan pengamat, situasi ini memunculkan gunungan gunjingan bahkan komentar sinis. Dasar tudingan kalangan pengamat terutama menyoroti latar belakang finansial mantan Sekcam Dedy Harahap dan Kabag Mutasi Andar Harahap. “Darimana asal timbunan harta kedua Cawalkot si Dedy dan si Andar untuk mampu membiayai atribut kampanye, tabur ribuan bungkus sembako, honor barisan pelacur politik puluhan tim sukses, bayar “perahu” parpol, belum lagi `serangan fajar` nanti yang diperkirakan bisa mencapai puluhan milyar kalau bukan duit panas bapak mereka?”, demikian pertanyaan yang banyak beredar di kedai-kedai kopi di Kota Psp.
Umumnya masyarakat tidak mempercayai mantan Sekcam Dedy Harahap dan mantan Kabag Andar Harahap dari pekerjaan dan penghasilan makan gaji jabatan dan karir mereka yang masih seumur jagung bisa mengumpul harta puluhan milyar yang lantas dihambur untuk membayar segala biaya cawalkot Psp. Publik di Kota Psp banyak mencurigai para Cawalkot Dedy Harahap dan Andar Harahap cuma boneka wayang yang didalangi ambisi kemaruk orangtua mereka yang punya jabatan basah Walkot Medan dan Bupati Paluta.
Situasi ini makin menarik jika dikaitkan dengan kehebohan runtunan aksi demo beberapa bulan belakangan ini di Kejatisu yang terkesan silih berganti, antara aksi demo elemen mahasiswa dan masyarakat menuntut kasus korupsi Rahudman Harahap diselingi dengan aksi demo menghujat gunungan korupsi Bahrum Harahap. Yang keduanya dituding pernah merajalela jadi parasit menggerogoti dan menyedot APBD Tapsel periode lalu. Yang publikasinya hingga kii masih lengket di sejumlah website/situs media elektronik. Membuat masyarakat menduga persaingan Rahudman dengan Bahrum dalam mendukung anak masing-masing, sudah merembet ke taktik saling buka borok kudis kasus kejahatan korupsi mereka masing-masing.
Dimana rincian detil kasus-kasus korupsi Rahudman dan Bahrum mudah didapat bagi kalangan yang sedikit terpelajar dengan browsing guna membaca laporan audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di internet.
Tak heran, sasaran kampanye Dedy Harahap dan Andar Harahap hampir seluruhnya disasarkan ke kalangan masyarakat awam jelata gurem di daerah pemukiman kumuh dan pelosok pedesaan, yang mungkin akibat selama ini sibuk cari-nafkah sesuap nasi sehingga tak sempat lagi belajar tahu riwayat dan latar belakang kedua cawalkot Psp ini. Sementara gerombolan pers bere-bere yang baru kemarin melek politik, latah memberitakan pameran kebaikan dan kemurahan hati keduanya menabur harta yang entah dari mana sumber asalnya, tak jelas haram atau halal.
Trend nasional yang ditampilkan sejumlah Pilkada di Indonesia seperti Banten, Kalimantan, Sulawesi menunjukkan banyak Kepala daerah yang coba bangun dinasti politik dengan mengkatrol sanak keluarga ikut suksesi untuk jadi penguasa pengganti, di wilayah Tabagsel nampaknya lebih parah. Para pejabat yang sejak lama dari dulu diributkan mengkorupsi APBD di daerahnya, kini terang-terangan mendongkel sanak keluarganya untuk jadi penguasa baru.
Kalau sudah begini perkembangan aktual gaya politik penguasa lokal, apalagi istilah pas selain membangun dinasti koruptor?
Rating Artikel : 5 Jumlah Voting : 99 Orang
0 Please Share a Your Opinion.: