28 Agustus 2012

Nourdeen Wildeman, Rajin Puasa dan Zakat Bahkan Sebelum Muslim

 
Nourdeen Wildeman masih mempelajari tanpa bimbingan seorang Muslim  Hingga suatu ketika, saat tiba bulan Ramadhan, ia memutuskan untuk mencoba berpuasa.
 
Ia mendatangi teman-temannya yang beragama Islam dan memberitahu mereka keinginannya. “Aku membeli Alquran dan mengunduh jadwal Ramadhan (kalender waktu shalat dan imsak) dari internet,” tuturnya.
Nourdeen mempelajari banyak hal sepanjang Ramadhan tahun itu. Dan memasuki hari-hari terakhir bulan tersebut, ia mendatangi sebuah masjid untuk membayar zakat. “Memberikan uang untuk tujuan yang baik adalah hal benar untuk dilakukan. Jadi, menjadi non-Muslim bukanlah alasan untuk tidak memberi,” prinsip Nourdeen.

Sampai di masjid, ia bertemu dengan seorang bendahara masjid yang menyambutnya dengan sebuah pertanyaan, “Apakah kamu seorang Muslim?” Nourdeen menggeleng, lalu melanjutkan, “Tapi aku berpuasa sebulan penuh kemarin.”

Sang bendahara masjid itu berpesan kepadanya untuk tidak terburu-buru dan mengambil sebanyak mungkin waktu yang ia butuhkan untuk mempelajari Islam. Nourdeen terus membaca untuk mempelajari Islam, hingga Ramadhan selanjutnya tiba. Dan seperti biasa, di pengujung Ramadhan, ia kembali mendatangi masjid untuk membayar zakat. Pria yang pernah ditemuinya kembali menyambutnya dan menanyakannya pertanyaan yang sama, “Apakah kamu kini seorang Muslim?”

Nourdeen, seperti tahun sebelumnya, menggeleng. “Bukankah Anda menyuruhku untuk tidak terburu-buru,” ujarnya pada pria Muslim itu. Sambil menggeleng perlahan, pria itu berkata, “Ya, tapi jangan terlalu menganggapnya enteng.”

Nourdeen mencoba menjadikan tahun itu tahun terakhirnya sebagai non-Muslim. Ia berhenti merokok dan meminum alkohol. “Aku mendorong diriku dan orang-orang sekitarku untuk berbuat baik, serta mencegah diriku dan diri mereka untuk menjauhi perbuatan yang salah,” ujarnya.

Suatu ketika, saat pergi ke Turki untuk berlibur, Nourdeen berkesempatan masuk dan melihat-lihat beberapa masjid besar. Saat itulah ia tersadar, bahwa dalam setiap langkah dan waktu yang telah dilaluinya, perasaan akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya tumbuh semakin besar. “Aku mulai bisa melihat bahwa apa yang ada di hadapanku adalah tanda-tanda Sang Khalik,” katanya.

Nourdeen mulai mencoba shalat sesekali. Ia tetap membaca banyak hal tentang Islam dan mulai menambah referensi keislamannya dari internet.

Dari sebuah jejaring sosial, Nourdeen mengenal seorang Muslimah yang juga berasal dari Belanda. Begitu ia tahu Nourdeen belum memeluk Islam, perempuan tersebut menyarankannya untuk berkunjung dan bertemu suaminya, seorang Muslim kelahiran Mesir.

Nourdeen memenuhi saran itu. Ia dan pria tersebut membicarakan banyak hal pada kunjungan pertama. Saat kembali berkunjung di sebuah kesempatan lain, pria itu mengajari Nourdeen cara shalat yang benar. “Aku berupaya sebaik mungkin dan ia memerhatikan gerakanku.”

Nourdeen bersyahadat dua pekan kemudian, 9 Desember 2007, di sebuah masjid yang tak jauh dari tempat tinggal pasangan Muslim yang dikenalnya lewat jejaring sosial itu. “Imam (yang mengislamkanku) membaca kalimat syahadat perlahan-lahan, dan kuikuti perlahan-lahan. Saat ia membaca doa untukku, aku seperti seorang yang berhasil meneraturkan nafasnya setelah terengah-engah,” kenangnya.

“Jalanku menuju Islam adalah melalui buku-buku, dan aku datang (pada Islam) melalui teori,” kata Nourdeen, menegaskan bahwa dirinya telah mengambil pilihan rasional, bukan emosional. Islam baginya adalah jawaban atas setiap pertanyaan.

Satu kesempatan setelah itu, Nourdeen mendatangi masjid yang pernah didatanginya untuk membayar zakat. Pria yang sama kembali menyapanya, dan tetap bertanya apakah ia telah menjadi Muslim. Nourdeen mengangguk kali ini. “Ya, Tuan. Dan namaku sekarang adalah Nourdeen.”
Setelah resmi berislam pada 9 Desember 2007, Nourdeen mendalami Alquran di Dar Al-Ilmi di Belanda. Ia segera dikenal sebagai aktivis Islam dan penggiat dakwah. Tahun lalu, ia meluncurkan program dakwah berkelanjutan berbasis pelayanan masjid di negaranya.
http://www.kisahmuallaf.com
Previous Post
Next Post

0 Please Share a Your Opinion.: