Di salah satu sudut pameran riset mahasiswa di Gelar Ilmu 2012, Kamis
(13/9/2012), ada yang menarik perhatian. Sebuah robot berukuran kurang
lebih 30 cm membuat puluhan pengunjung mendekatinya.
Imitabot, robot karya Wisnu Indrajit (22) ini mampu menirukan gerak tubuh manusia. Salah seorang pengunjung pun tertarik untuk bergaya dan bergerak sehingga sang robot bisa akan menirunya. Ke kanan dan ke kiri, dengan gerak ala robot, Imitabot mengikutinya.
"Prinsipnya, robot akan mengimitasi gerak 15 persendian yang sudah terdeteksi sensor Microsoft Kinect. Datanya tersimpan dalam design database motion (DDM), nanti setiap gerakan itu dapat diulang kembali oleh robot," kata mahasiswa yang akrab disapa Dako ini.
Imitabot, lanjutnya, hanya melewati dua fase, yaitu fase tracking saat robot mendeteksi 15 titik sendi pada manusia dan fase mapping. Pada tahap terakhir ini, robot menggunakan metode invers kinematik untuk memetakan posisi persendian di dalam actuator (alat penggerak).
"Baru setelah itu, secara realtime, Imitabot memetakan gerakan sang aktor," kata Dako, peraih beasiswa Fast Track program magister Fakultas Teknik, jurusan Teknik Elektro Kendali Industri itu.
Robot rancangan mantan President of UI Robotics Team itu pun dapat menyimpan setiap gerakan manusia secara lebih presisi dan mengulangnya dalam beberapa kali. Rencananya, Dako ingin membina kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberdayakan Imitabot dalam pengembangan tari tradisional.
"Ke depan saya ingin bekerjasama dengan Kemendikbud untuk mengembangkan tarian tradisionalnya, karena robot ini nanti bisa mengajar tarian tersebut," katanya mencoba melestarikan kebudayaan melalui teknologi.
Imitabot juga akan didesain untuk dapat membantu kerja manusia, sehingga dalam jarak 1,5-4 meter kita dapat mengarahkan kerja tubuh tetapi robot yang melalukannya.
"Syukur, banyak yang tertarik dan pengen nyoba untuk melakukan teleoperation ini. Kita dapat mengendalikan robot dari jarak jauh tanpa perlu banyak peralatan yang melekat di rubuh kita, bahkan hanya perlu mendeteksi sendi saja, itu pun aman," sebutnya menjelaskan robotnya tidak perlu motion capture, peralatan mahal yang menghubungkan tubuh dengan robot.
"Pokoknya alat ini lebih murah dan bisa dilakukan dimana saja, realtime juga," tambah mahasiswa kelahiran Cirebon, 23 Mei 1990, yang kini sibuk mengembangkan Balancing Algorithm itu.
Imitabot, robot karya Wisnu Indrajit (22) ini mampu menirukan gerak tubuh manusia. Salah seorang pengunjung pun tertarik untuk bergaya dan bergerak sehingga sang robot bisa akan menirunya. Ke kanan dan ke kiri, dengan gerak ala robot, Imitabot mengikutinya.
"Prinsipnya, robot akan mengimitasi gerak 15 persendian yang sudah terdeteksi sensor Microsoft Kinect. Datanya tersimpan dalam design database motion (DDM), nanti setiap gerakan itu dapat diulang kembali oleh robot," kata mahasiswa yang akrab disapa Dako ini.
Imitabot, lanjutnya, hanya melewati dua fase, yaitu fase tracking saat robot mendeteksi 15 titik sendi pada manusia dan fase mapping. Pada tahap terakhir ini, robot menggunakan metode invers kinematik untuk memetakan posisi persendian di dalam actuator (alat penggerak).
"Baru setelah itu, secara realtime, Imitabot memetakan gerakan sang aktor," kata Dako, peraih beasiswa Fast Track program magister Fakultas Teknik, jurusan Teknik Elektro Kendali Industri itu.
Robot rancangan mantan President of UI Robotics Team itu pun dapat menyimpan setiap gerakan manusia secara lebih presisi dan mengulangnya dalam beberapa kali. Rencananya, Dako ingin membina kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberdayakan Imitabot dalam pengembangan tari tradisional.
"Ke depan saya ingin bekerjasama dengan Kemendikbud untuk mengembangkan tarian tradisionalnya, karena robot ini nanti bisa mengajar tarian tersebut," katanya mencoba melestarikan kebudayaan melalui teknologi.
Imitabot juga akan didesain untuk dapat membantu kerja manusia, sehingga dalam jarak 1,5-4 meter kita dapat mengarahkan kerja tubuh tetapi robot yang melalukannya.
"Syukur, banyak yang tertarik dan pengen nyoba untuk melakukan teleoperation ini. Kita dapat mengendalikan robot dari jarak jauh tanpa perlu banyak peralatan yang melekat di rubuh kita, bahkan hanya perlu mendeteksi sendi saja, itu pun aman," sebutnya menjelaskan robotnya tidak perlu motion capture, peralatan mahal yang menghubungkan tubuh dengan robot.
"Pokoknya alat ini lebih murah dan bisa dilakukan dimana saja, realtime juga," tambah mahasiswa kelahiran Cirebon, 23 Mei 1990, yang kini sibuk mengembangkan Balancing Algorithm itu.
0 Please Share a Your Opinion.: