Dari 16 negara yang menyelenggarakan "Global Adults Tobacco Survey"
(GATS), Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan
prevalensi 67 persen laki-laki dan 2,7 persen pada wanita atau 34,8
persen penduduk (sekitar 59,9 juta orang).
"Jumlah perokok ini meningkat dibandingkan dengan Susenas (Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional) sebelumnya. Angka (naik) ini menunjukkan
kita gagal melindungi kesehatan rakyat. Berarti kita sudah dikalahkan
industri rokok," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam acara
peluncuran hasil survei GATS 2011 di Kementerian Kesehatan Jakarta.
Dari 16 negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya yang
melakukan survei, Indonesia memiliki prevalensi perokok aktif tertinggi
dibandingkan dengan India yang memiliki perokok laki-laki sebanyak 47,9
persen dan wanita 20,3 persen (2009), Filipina dengan perokok laki-laki
47,7 persen dan wanita 9 persen (2009), Vietnam dengan perokok laki-laki
47,4 persen dan wanita 1,4 persen (2010) serta Polandia yang memiliki
perokok laki-laki 33,5 persen dan wanita 21 persen (2009).
GATS merupakan survei nasional yang representatif dengan menerapkan
protokol standar antarnegara untuk memonitor konsumsi tembakau pada
penduduk usia 15 tahun atau lebih, dan pencapaian upaya pengendaliannya.
GATS menghasilkan data yang dapat dibandingkan dengan data serupa di
negara-negara lainnya yang juga memuat informasi mengenai latar belakang
dan karakteristik responden, konsumsi tembakau, aspek ekonomi, peran
media dan pemahaman serta sikap dan persepsi masyarakat terhadap
konsumsi tembakau.
Survei itu juga menunjukkan bahwa hingga 85,4 persen masyarakat
terpapar asap rokok di tempat umum yaitu restoran, 78,4 persen terpapar
asap rokok di rumah dan 51,3 persen terpapar asap rokok di tempat kerja.
"Padahal, 86 persen di antara perokok itu percaya bahwa rokok dapat
menyebabkan penyakit berbahaya seperti stroke, serangan jantung dan
kanker," kata Menkes menunjukkan keheranannya.
Meskipun demikian, Nafsiah meminta agar masyarakat tidak menghakimi
para perokok yang terlanjur kecanduan dan mewajibkan agar para tenaga
kesehatan untuk dapat membantu para perokok itu untuk dapat terlepas
dari kecanduan rokoknya.
"Ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk membantu para perokok untuk
berhenti merokok, saya harap ini dilakukan oleh para tenaga kesehatan,"
ujar Menkes.
Nafsiah juga memberikan peringatan terhadap orangtua yang merokok
didalam rumah bahwa mereka secara sengaja maupun tidak sengaja telah
merusak paru-paru dari anak mereka yang tinggal dirumah tersebut.
"Bapak-bapak dan ibu-ibu yang merokok di dalam rumah, berarti anda
telah membunuh anak anda sendiri. Mohon kepada bapak-bapak dan ibu-ibu
yang merokok, merokoklah ditempat terbuka, jangan ditempat umum dan
jangan dirumah sendiri," papar Menkes.
Secara rinci, hasil GATS 2011 menunjukkan bahwa 67,4 persen laki-laki
dan 4,5 persen perempuan atau total sebanyak 36,1 persen orang berusia
diatas 15 tahun di Indonesia menggunakan tembakau, baik dengan rokok
atau cara lain seperti dikunyah.
Sebanyak 67 persen laki-laki dan 2,7 persen wanita atau 34,8 persen
penduduk (sekitar 59,9 juta orang) merupakan perokok aktif dengan 29,2
persen merokok setiap hari.
Sedangkan jumlah masyarakat yang mengkonsumsi tembakau bukan dalam
bentuk rokok adalah sebanyak 1,5 persen laki-laki dan 2 persen wanita
atau total sebanyak 1,7 persen (2,9 juta orang dewasa).
Survei itu juga menunjukkan bahwa 5 dari 10 perokok atau setengah
jumlah perokok merencanakan atau pernah memikirkan untuk berhenti
merokok, dengan 30,4 persen di antaranya telah mencoba berhenti merokok
dalam 12 bulan terakhir.
0 Please Share a Your Opinion.: