Masyarakat Kab Padang Lawas Utara hanya bisa pasrah dan tabah
menghadapi begitu berat cobaan hidup, terutama mereka yang tinggal
didaerah pedalaman. Berbagai macam penyakit aneh yang mereka idap dan
rasakan dan tak sedikit akhirnya meninggal dunia.
Kurangnya
perhatian Pemkab dalam menangani masalah kesehatan dan sosial rakyatnya
serta pembangunan infrastruktur yang dapat membangkitkan ekonomi
masyarakat menambah perih penderitaan masyarakat Paluta sementara para
Birokrat dapat hidup senang dengan menikmati korupsi APBD yang
disetorkan dari pajak masyarakat Paluta.
Hal ini baru saja
dialami oleh warga yang mengalami kesulitan dalam masalah kesehatan dan
akhirnya meninggal dunia seperti : Alm. Hitler Siregar warga Desa Bara
Kec Portibi., Alm Jasabungan Harahap warga Desa Tanjung Marulak Kec
Padang Bolak, Alm Husein Siregar.
Selain tiga bocah kakak-beradik
yakni Bosi Harahap (9), Sehat Harahap (7) dan Saramadani Harahap (5).
warga Desa Sidikkat yang terindikasi Busung Lapar, Nurlan Br Regar (2
thn) anak kedua dari Pasangan Hamza S dengan Sarmawati warga Desa
Hambulo Kec Halongonan Kab Padang Lawas Utara terbaring lemas di RSU Aek
Aruaya ngalami gizi buruk type marasmus.
Kini ditemukan lagi,
Nurdiana Siregar 30 tahun warga Desa Lubuk Torop Kec Padang Bolak,
mengalami penyakit aneh. Penyakit aneh yang diidapnya itu berupa
pembengkakan di pada wajahnya, akibat penyakit itu Nurdiana hanya dapat
terbaring 15 tahun dirumah .hal itu tak lain keterbatasan ekonomi
keluarga Nurdiana
Inilah potret kemiskinan di Padang Lawas
Utara Sumatera Utara dirumah gubuk berukuran 3×7 meter ini Nurdiana
Siregar 30 tahun bersama sang ibu dan kedua adiknya tinggal di desa
lubuk torop kecamatan padang bolak
Begitu
melelahkan bagi Nurdiana selama 15 tahun hanya terbaring dirumah tanpa
bisa berbuat apa-apa dengan mengalami pembengkakan pada wajahnya, hal
yang dialaminya ini bermula dari sakit gigi dan terjadi pembengkakan
dirahang.
Pada saat itu ayah nya masih sempat membawanya
berobat ke puskesmas Gunung tua untuk mendapatkan perawatan namun biaya
yang mahal menjadi kendala sang ayah yang juga jatuh sakit karena
memikirkan penderitaan sang buah hati yang kala itu masih duduk di
kelas lima sekolah dasar hingga akhirnya sang ayah meninggal dunia.
Akibat
keterbatasan ekonomi keluarganya Nurdiana kini harus rela terbaring
dirumah menahan sakit di wajahnya tak ada tempat mengadu bagi Nurdiana
dan kesehari -harian nya hanya dapat menangis dan berdoa agar penyakit
dapat sembuh.
Melihat ketimpangan pembangunan di kabupaten
Paluta dan kemiskinan masyarakatnya, tentulah sangat berbanding terbalik
dengan situasi disaat menjelang pemilihan Kepala Daerah, yang mana
Balon pemimpin dikala itu merengek-rengek mendekati dan mengambil hati
masyarakat agar dapat memilihnya, namun setelah mereka berhasil mendapat
kedudukan seolah lupa bahwa tanpa partisipasi dari masyarakat pemilih
mereka bukanlah apa-apa.
http://apakabarsidimpuan.com/2012/08/44928/
0 Please Share a Your Opinion.: