Robot-robot pintar dengan kemampuan dan bentuk amat beragam, untuk
menangani kawasan atau kondisi berbahaya ditunjukkan dalam kompetisi
robot M-ELROB di Swiss yang digelar baru-baru ini. Robot-robot semacam
itu mengikuti kompetisi untuk tugas yang berbeda-beda dan harus
menunjukkan kehandalannya.
Misalnya saja, sebuah mobil VW Touareg yang dipenuhi perlengkapan
teknik berupa sensor kamera, scanner laser dan komputer, ikut dalam
kompetisi yang disebut skenario keledai. Mobil canggih tanpa pengemudi
itu dirancang oleh Thorsten Lüttel, insinyur sistem otonom di cabang
dirgantara dan antariksa pada akademi angkatan bersenjata Jerman di
München.
Sensor kamera memindai situasi sekitar, scanner laser mengukur jarak
dan menciptakan poin-poin awan tiga dimensi, sementara komputer bertugas
menganalisa data, dan dengan itu mengendalikan mobil secara otonom,
dalam arti mengoperasikan gas, rem, setir dan perpindahan gigi
perseneling.
Dalam kompetisi ini, mobil harus mengikuti mobil di depannya. "Mobil
robot itu tidak tahu harus melaju ke mana. Yang diketahui, harus
mengikuti mobil di depannya, tidak peduli ke mana", kata peneliti dari
Universitas München itu.
Peta tercipta dalam perjalanan
Dalam kompetisi lainnya, robot diuji dalam skenario kemandirian mencari
rute menuju target yang ditentukan. Robot hanya diberi koordinat posisi
GPS dari lokasi sasaran, tapi samasekali tidak ada peta atau informasi
lainnya.
Sebuah kendaraan kecil dengan penggerak roda berantai seperti tank,
buatan Frank Höller dari Institut Fraunhofer untuk Komunikasi, analisa
Informasi dan Ergonomie (FKIE) ikut serta dalam kompetisi tsb.
Robot kecil ini harus menemukan sasarannya di medan sulit yang berbukit
dan berlembah. Untuk itu, robot memanfaatkan citra laser yang dibuat
sendiri menjadi sebuah peta. Semakin jauh jarak jelajahnya, semakin
besar peta yang tercipta. "Robot terus berusaha bergerak ke arah target
sesuai posisi koordinat GPS. Jika memasuki jalan buntu, robot membaca
peta, untuk menemukan rute lain, bergerak ke sana dan kembali berusaha
mencapai target", kata Höller.
Panitia kompetisi juga dapat menambah kesulitan. Misalnya dengan
menghalangi jalan mundur robot dengan batangan kayu. Atau juga hambatan
yang jauh lebih sulit dikenali robot. Misalnya kolam air yang
permukaannya kelihatan padat atau ditutupi lumpur.
Juga rumput yang sebetulnya tidak berbahaya, kadang-kadang tidak dapat
dikenali oleh robot semacam itu. Holler mengenang ujicoba sebelumnya
terkait kendala rumput ini.
"Rutenya dipertinggi dan rumput tumbuh di kiri kanan jalan. Tinggi
rumput, sama persis dengan tinggi jalan. Saat penala laser membuat citra
keseluruhan areal, komputer tidak dapat mengenali lagi jalan yang ada.
Bagi komputer kenampakan areal itu seluruhnya datar", ujar Holler.
Akibatnya robot bergerak ke arah rerumputan dan terjebak tidak bisa
bergerak di sana. Inilah salah satu kelemahan teknik di masa lalu, yang
kini berusaha terus diperbaiki.
Mencari dan menemukan
Dalam kompetisi lainnya, robot harus menemukan rambu peringatan
berbentuk bujur sangkar berwarna oranye. Rambu semacam ini biasanya
ditempelkan pada truk pengangkut bahan beracun dan berbahaya. Robot
bertugas memotret rambu itu dan selanjutnya membuat peta rute ke rambu
itu.
Pakar informatika Torsten Fiolka memasuki kompetisi di cabang ini. Ia
memanfaatkan scanner laser, yang fungsinya tidak hanya mampu mengukur
jarak antara dua benda, melainkan juga intensitas pantulan sinar
lasernya.
"Rambu tanda bahaya itu, secara umum memancarkan refleksi amat kuat,
jauh lebih kuat dibanding obyek lainnya. Jadi, di awan data poin laser
saya mencari obyek yang refleksinya amat kuat dan mengujinya, apakah
dimensinya sebesar rambu tanda peringatan bahaya itu", kata Fioloka
menjelaskan metodenya.
Semua itu bukan sekedar permainan. Sasaran kompetisi ini adalah,
mengembangkan robot-robot yang bertugas membantu militer, polisi atau
pemadam kebakaran pada situasi gawat darurat. Karena itulah M-ELROB
digelar di bawah pengawasan ketat dari calon-calon pelanggang potensial.
Panitia penyelenggara kompetisi Frank Schneider dari Institut
Fraunhofer untuk Komunikasi, analisa Informasi dan Ergonomie (FKIE)
mengatakan, bagaimanapun juga amat penting mengembangkan robot dengan
lebih banyak berorientasi pada kepentingan operasi dalam kondisi
berbahaya atau gawat darurat.
"Pasalnya komunikasi antara sistem dan pengguna, dalam arti interaksi
antara manusia dan mesin sejauh ini masih dianak tirikan", papar
Schneider.
Manusia punya pancaindera lebih unggul
Terdapat alasan mendasar, mengapa penggunaan robot dalam operasi
keamanan atau gawat darurat masih dipandang secara kritis. Terutama pada
penugasan pemadam kebakaran, dalam situasi gawat darurat, robot-robot
penolong itu kebanyakan masih bergerak amat lamban dan tidak fleksibel.
"Manusia bereaksi jauh lebih cepat, dan dalam skenario bencana, setiap
detiknya amat menentukan", kata Frank Schneider. "Robot hanya dikerahkan
dalam situasi amat berbahaya . Selebihnya, selalu para petugas penolong
yang mengenakan pakaian pelindung, yang terjun langsung dengan
peralatannya", ujar pakar komunikasi, informasi dan ergonomi itu.
Menimbang situasi semacam itu, Andreas Ciossek dari Firma Telerob
mengembangkan robot untuk menjinakkan bom serta mengukur kadar gas
berbahaya atau kadar radioaktivitas. Tapi diakui, sebuah robot tidak
dapat menaksir dengan akurat, apakah sebuah bangunan benar-benar
terancam runtuh.
"Jika manusia berada di dalam bangunan, mereka bisa menegaskan, apakah
sebuah tembok mengalami kerusakan. Manusia bisa mendengar bunyi lirih
tembok yang retak, atau melihat retakan halus. Lewat kamera pada robot,
hal itu amat sulit dilihat dan didengar", kata pembuat robot itu.
Ciossek mengatakan, robot-robot masakini, juga masih jauh dari apa yang
disebut kecerdasan buatan yang sebenarnya. "Kita harus melepaskan diri
dari gambaran robot cerdas seperti yang ditampilkan dalam film atau
layar televisi. Karena apa yang dalam film nampaknya semua bisa
dilakukan, dalam kenyataan samasekali jauh berbeda", tambah pakar
robotika dari Firma Telerob itu.
http://m.dw.de/indonesia/mobile.A-16262585-11546.html
0 Please Share a Your Opinion.: