Anggaran Militer Naik Signifikan, Diharap Prioritas Belanja Alutsista Laut Dan Udara
Kementerian Pertahanan (Kemhan) diminta memprioritaskan pengadaan
alat utama sistem senjata (alutsista) untuk wilayah laut dan udara
mengingat sangat luasnya cakupan keduanya. Indonesia adalah negara
maritim dan memiliki luas kekuasaan udara yang besar. Selayaknya
pertahanan di dua wilayah itu diperkuat.
"Pada 2013, Kemhan harus merencanakan sungguh-sungguh anggaran untuk
alutsista. Itu diperlukan agar dana yang besar tersebut dapat digunakan
sebaik-baiknya guna meningkatkan pertahanan Indonesia," kata Direktur
Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, kepada Koran Jakarta, Selasa
(28/8).
Pernyataan itu menanggapi kenaikan anggaran pertahanan pada 2013
menjadi 77 triliun rupiah atau naik sekitar 5 triliun rupiah
dibandingkan tahun lalu. Pernyataan itu kembali dipertegas karena
Imparsial melihat, pada 2012, Kemhan justru memprioritaskan pengadaan
alutsista untuk kekuatan darat.
Salah satu pengadaan alutsista yang menonjol pada 2012 ini adalah
pengadaan 100 unit main battle tank Leopard dari Jerman. Dari segi
alokasi anggaran saja, lanjut dia, TNI AD mendapatkan jatah anggaran
hingga 30 triliun rupiah pada 2012. Bandingkan dengan TNI AL yang hanya 9
triliun rupiah dan TNI AU yang hanya 8 triliun rupiah.
Berdasarkan alokasi anggaran itu, Poengky melihat pemerintah masih
mengandalkan kekuatan darat dibandingkan laut dan udara. Poengky juga
berharap Kemhan meninfkatkan keterampilan prajurit, terutama prajurit
yang mengawaki alutsista laut dan udara. Apalagi semakin hari teknologi
alutsista semakin canggih dan modern.
Menanggapi hal ini, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro,
menyatakan bahwa kebijakan mengerem pertumbuhan prajurit tak akan
berlaku untuk para prajurit ahli seperti pengawak. "Artinya, kalau ada
10 prajurit yang pensiun, kita harus merekrut 10 prajurit lain," kata
Purnomo.
Menurut dia, penting diberlakukan manajemen sirkulasi yang baik agar
jumlah kekuatan personel tetap seimbang. "Bukan berarti bahwa zero
growth itu nol, dan tidak berarti persis sama dengan yang keluar. Kita
menyadari ke depan butuh personel banyak karena akan ada tambahan banyak
skuadron tempur dan skuadron angkut," jelas dia.
Purnomo bahkan menjanjikan akan mengadakan program pendek untuk para
penerbang TNI. Di samping itu, lanjut dia, akan ada dua program lagi
untuk menempatkan personel dalam jumlah yang pas di bagian tertentu.
Kemhan juga akan membuat standar prajurit yang lebih baik. Sebagai
contoh, ketika ada restrukturisasi Kodam dan terdapat sejumlah unit
baru, tak harus ada penambahan personel.
Bisa saja dengan melakukan perpindahan personel. Sebelumnya, DPR
banyak menyoroti keterampilan prajurit yang kurang seiring semakin
masifnya pemerintah melakukan belanja alutsista. Anggota Komisi I DPR,
Susaningtyas Kertopati, menyatakan alutsista secanggih apa pun, tanpa
diimbangi dengan dukungan pengawak yang profesional, hanya akan menjadi
onggokan barang yang tak bernilai.
Selain itu, tambah dia, Kem han harus disiplin dalam menggunakan
dana, baik untuk kegiatan strategis maupun operasional. Untuk itu,
Kemhan harus transparan dalam penggunaan dananya agar publik dapat ikut
mengawasi. "Kemhan harus transparan mengalokasikan dana. Yang penting,
belanja alat utama sistem senjata (alutsista) harus sebanding dengan
dana operasional bagi pengembangan sumber daya manusia, khususnya
pengawak dan prajurit," kata dia.
Disiplin terhadap rencana strategis, baik jangka pendek, menengah,
maupun panjang, itu penting. Sudah transparan atau belumnya penggunaan
anggaran tak akan terlaksana dengan baik jika tak didukung DPR.
Kesejahteraan prajurit harus menjadi bagian yang utama. "Alutsista
memang penting, tapi alutsista modern dan canggih harus sejalan dengan
meningkatnya kemampuan prajurit," kata dia.
0 Please Share a Your Opinion.: