07 Mei 2014

Kaos Timnas Inggris Dibuat di Indonesia

Kaos Timnas Inggris Buatan Indonesia: Harga Rp 1,7 Juta Per Kaos, Pekerja Dapat Rp 5 Ribu Per Jam

Publik Inggris bereaksi keras atas penetapan harga resmi seragam tim nasional mereka yang akan digunakan pada perhelatan Piala Dunia 2014, Juni mendatang di Brasil.
Banderol dari apparel Nike, selaku produsen jersey Timnas The Three Lions senilai 90 poundsterling atau senilai Rp 1,7 Juta dinilai kelewatan.
Tak tanggung-tanggung, sang perdana menteri, David Cameron pun ikut bersuara atas harga tersebut. Cameron menilai, Nike 'memeras' lewat cara memanfaatkan fanatisme pendukung Inggris. Nike berkilah, mahalnya harga produk kaos Timnas Inggris merujuk pada teknologi terkini yang mereka terapkan di kaos tersebut.

Nike menyebut, tiap kaos terbuat dari bahan daur ulang berupa delapan botol plastik sehingga ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah buangan. Kaos juga diklaim mampu meyerap keringat hingga tetap membuat pemakai nyaman meski peluh dari tubuh banyak keluar.
Nike juga menyebut, konsumen juga punya pilihan. Perusahaan tersebut juga menyediakan kaos versi murah senilai 60 pounsterling atau senilai Rp 1,1 Juta.
Namun, harga tersebut terlanjur jadi kontroversi. Media-media Inggris, termasuk Mirror, mengulas adanya 'eksploitasi' di balik produk kaos Timnas Inggris.

Disebutkan, jersey Steven Gerrard dkk tersebut merupakan produk Indonesia. Nike dilaporkan mempekerjakan sebanyak 171,000 pekerja di 40 pabrik yang ada untuk memenuhi suplai ke pasar.
Negara-negara seperti Indonesia, disebutkan menjadi destinasi favorit perusahaan seperti Nike dalam memproduksi kaos dan sejenisnya. Alasannya tentu saja murahnya ongkos produksi.
Ultra Petita, perusahaan asal Perancis saingan Nike, menyebut jika apparel sepak bola seperti kaos timnas menghabiskan biaya produksi sekitar 14 pondsterling atau sekitar Rp 321 ribu per kaos jika diproduksi di Eropa. Bandingkan jika itu diproduksi di negara seperti Indonesia, hanya butuh sekitar 4 poundsterling atau sekitar Rp 75 ribu.

Graciela Romero, pegiat LSM antikemiskinan 'War on Want' menuturkan, terlihat jurang yang sangat lebar antara upah pekerja pembuat kaos dan apa yang diterima komponen lain dari bisnis olahraga seperti sepakbola. Romero juga menyebut, kebanyakan pekerja memilih untuk 'manut' ketimbang protes atas rendahnya upah yang mereka terima karena takut dipecat.
"Sementara Wayne Rooney dibayar sekitar 300 ribu poundsterling (setara Rp 5,6 miliar) per minggu hanya untuk menendang bola, para pekerja pembuat kaos hanya dibayar Rp 5.642 atau (sekitar 30 penny)," kata Romero.

Mirror juga menampilkan wawancara dengan Aida, seorang pekerja yang menjahit kaos di sebuah pabrik Nike di Indonesia. Aida menyebut, upah UMR yang ia terima sekitar Rp 2,2 Juta per bulan tak sebandng dengan beban kerja yang ia tanggung.
"Satu kaos Nike saya jahit kira-kira 30 detik, artinya ada 120 kaos yang saya jahit tiap jam di pabrik. Saya dan rekan kerja saya harus hidup dengan upah Rp 2,2 juta. Itu jauh di bawah upah hidup untuk membeli makanan yang layak, perumahan dan perawatan kesehatan, dan pendidikan untuk keluarga dan anak-anak," kata Aida dilansir Mirror.

Dengan upah senilai itu, artinya upah yang diterima Aida tiap bulan hanya 40 persen dari harga jual satu kaos yang dijual Nike. Mirror lalu menyajikan data yang menunjukkan betapa kontrasnya nasib para pekerja dengan apa yang dihasilkan perusahaan.

Markas Nike di Oregon, Portland, Amerika Serikat disebutkan sebagai kantor mewah yang dilengkapi dengan danau, terbentuk kaca-kaca yang berkilauan berdisain eksklusif.
Presiden Nike, Mark Parker dilaporkan menerima bayaran sebanyak 9.2 juta poundsterling atau setara Rp 174 M pada tahun 2013.  Adapun aset perusahaan Nike kini mencapai 15,6 miliar Poundsterling dengan laba sekitar 1,5 miliar poundsterling pada tahun lalu. Memang kontras. Mirror/Tribunnews
Previous Post
Next Post